Wednesday, August 19, 2009

Pembelajaran Pada Usia Dewasa



PEMBELAJARAN PADA USIA DEWASA


BAB I. PENDAHULUAN

Pembelajaran orang dewasa merupakan pengalaman belajar berdasarkan kebutuhan dan minat orang dewasa pada tingkatan kemampuan dan pengetahuan yang berbeda untuk mendukung perubahan peranan serta tanggung jawab dalam kehidupan orang dewasa. Proses belajar mengajar pada orang dewasa merupakan sebuah proses transfer knowledge atau skill yang sifatnya kedua belah pihak, antara pendidik dan peserta didik, serta antara peserta didik dan peserta didik. Beberapa hal yang harus diperhatikan dari sisi peserta didik adalah tahap belajar, gaya belajar, suasana belajar, jenis belajar dan faktor lainnya yang mempengaruhi belajar. Dari sisi pendidiknya adalah sikap mereka terhadap peserta didiknya, metode yang diterapkan dan bagaimana membangun suasana kondusif bagi proses pembelajaran.

Pendidikan orang dewasa mencakup segala aspek pengalaman belajar yang diperlukan oleh orang dewasa baik pria maupun wanita, sesuai dengan bidang keahlian dan kemampuannya masing-masing. Dengan demikian hal tersebut dapat berdampak positif terhadap keberhasilan pembelajaran orang dewasa yang tampak dengan adanya perubahan perilaku ke arah pemenuhan pencapaian kemampuan/keterampilan yang memadai.

Orang dewasa dalam belajar jauh berbeda dengan anak-anak. Menurut Knowles (1979), perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa dalam belajar didasarkan pada empat asumsi tentang orang dewasa. Asumsi-asumsi tersebut ialah: (1) orang dewasa mempunyai pengalaman yang berbeda dengan anak-anak, (2) orang dewasa mempunyai konsep diri, (3) orang dewasa mempunyai orientasi belajar yang berbeda dengan anak-anak, dan (4) orang dewasa mempunyai kesiapan untuk belajar.

Tentang kriteria usia dewasa, pada umumnya psikolog menetapkan sekitar usia 20 tahun sebagai awal masa dewasa dan berlangsung sampai sekitar usia 40-45 tahun, dan pertengahan masa dewasa berlangsung dari sekitar usia 40-45 tahun sampai usia 65 tahun, serta masa dewasa lanjut atau masa tua berlangsung dari sekitar usia 65 tahun sampai meninggal (Fieldman, 1996). Meskipun memiliki kematangan dalam berbagai hal, setiap peserta didik usia dewasa belum tentu bisa berhasil dalam belajar. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.



Foto-foto
David Beckham

Foto-foto
Natalie Portman

Foto-foto
Channing Tatum


BAB II. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PESERTA DIDIK
USIA DEWASA DALAM BELAJAR

A. Faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik usia dewasa dalam belajar

1. Faktor Internal
Faktor-faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu peserta didik yang dapat mempengaruhi belajar orang dewasa, antara lain:
a. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan menjadi dua macam yakni: pertama tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang, terutama peserta didik usia lanjut. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Tidak dipungkiri, semakin tua usia seseorang semakin menurun kondisi jasmaninya. Kekurangan gizi juga dapat mempengaruhi keadaan jasmani, mudah mengantuk, lekas lelah, lesu dan sebagainya. Daya tahan yang menurun dapat memperbesar kemungkinan penyakit seperti influenza, batuk, dll. Secara keseluruhan, badan kurang sehat sudah cukup mengganggu aktivitas belajar, apalagi bila sampai jatuh sakit, boleh dikata aktivitas ini berhenti. Kedua, fungsi fisiologis/jasmani. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfungsi sangat baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, panca indra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar. Proses belajar manusia berlangsung hingga akhir hayat (long life education). Namun, ada korelasi negatif antara perubahan usia dengan kemampuan belajar orang dewasa. Artinya, setiap individu orang dewasa, makin bertambah usianya, akan semakin sukar baginya belajar (karena semua aspek kemampuan fisiknya semakin menurun). Misalnya daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar, kemampuan berkonsentrasi, dan lain-lain semuanya memperlihatkan penurunannya sesuai pertambahan usianya pula. Menurut Lunandi (1987), kemajuan pesat dan perkembangan berarti tidak diperoleh dengan menantikan pengalaman melintasi hidup saja. Kemajuan yang seimbang dengan perkembangan zaman harus dicari melalui pendidikan.

Menurut Vemer dan Davidson dalam Lunandi (1987) ada enam faktor yang secara psikologis dapat menghambat keikutsertaan orang dewasa dalam suatu program pendidikan:
1. Dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan atau titik terdekat yang dapat dilihat secara jelas mulai bergerak makin jauh. Pada usia dua puluh tahun seseorang dapat melihat jelas suatu benda pada jarak 10 cm dari matanya. Sekitar usia empat puluh tahun titik dekat penglihatan itu sudah menjauh sampai 23 cm.
2. Dengan bertambahnya usia, titik jauh penglihatan atau titik terjauh yang dapat dilihat secara jelas mulai berkurang, yakni makin pendek. Kedua faktor ini perlu diperhatikan dalam pengadaan dan penggunaan bahan dan alat pendidikan.
3. Makin bertambah usia, makin besar pula jumlah penerangan yang diperlukan dalam suatu situasi belajar. Kalau seseorang pada usia 20 tahun memerlukan 100 Watt cahaya maka pada usia 40 tahun diperlukan 145 Watt, dan pada usia 70 tahun seterang 300 Watt baru cukup untuk dapat melihat dengan jelas.
4. Makin bertambah usia, persepsi kontras warna cenderung ke arah merah daripada spektrum. Hal ini disebabkan oleh menguningnya kornea atau lensa mata, sehingga cahaya yang masuk agak terasing. Akibatnya ialah kurang dapat dibedakannya warna-warna lembut. Untuk jelasnya perlu digunakan warna-warna cerah yang kontras untuk alat-alat peraga.
5. Pendengaran atau kemampuan menerima suara mengurang dengan bertambahnya usia. Pada umumnya seseorang mengalami kemunduran dalam kemampuannya membedakan nada secara tajam pada tiap dasawarsa dalam hidupnya. Pria cenderung lebih cepat mundur dalam hal ini daripada wanita. Hanya 11 persen dan orang berusia 20 tahun yang mengalami kurang pendengaran. Sampai 51 persen dan orang yang berusia 70 tahun ditemukan mengalami kurang pendengaran.
6. Pembedaan bunyi atau kemampuan untuk membedakan bunyi makin mengurang dengan bertambahnya usia. Dengan demikian, bicara orang lain yang terlalu cepat makin sukar ditangkapnya, dan bunyi sampingan dan suara di latar belakangnya bagai menyatu dengan bicara orang. Makin sukar pula membedakan bunyi konsonan seperti t, g, b, c, dan d.

b. Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis sesorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Belajar lebih banyak berhubungan dengan aktivitas jiwa, dengan kata lain faktor-faktor psikis memang memiliki peran yang sangat menentukan dalam belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan peserta didik, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
1. Kecerdasan/inteligensia
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun, otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ lain, karena fungsi otak adalah sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia. Semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensia individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar.

2. Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektivan kegiatan belajar peserta didik. Motivasi mendorong mereka ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya, seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Motivasi ekstrinsik adalah semua faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya, kurangnya respon dari lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.

3. Minat
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, minat memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Untuk membangkitkan minat belajar peserta didik ada banyak cara yang bisa digunakan. Salah satunya adalah dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan.

4. Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk memberi reaksi atau memberi respon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003). Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performa guru, pelajaran atau lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini, guru berperan dan berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan peserta didik bahwa bidang studi yang dipelajari bermanfaat bagi diri mereka.

5. Bakat
Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seseorang untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.


2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu dan dapat mempengaruhi belajar individu, antara lain:
a. Faktor Lingkungan Sosial
1. Lingkungan sosial sekolah (guru, administrasi, teman-teman sekelas)
Tidak hanya peserta didik anak-anak dan remaja saja yang dapat terpengaruh oleh lingkungan sosial sekolah/tempat belajar, namun peserta didik dewasa pun tak sedikit yang sangat mempertimbangkan faktor ini. Misalnya, apabila ada guru atau tenaga pengajar yang bertemperamen keras, terlalu tegas, dan sering mempersulit peserta didiknya maka dapat menyebabkan peserta didik dewasa jengah dan tidak nyaman dengan kondisi belajar sedemikian. Sifat belajar bagi orang dewasa adalah bersifat subjektif dan unik, maka terlepas dan benar atau salahnya, segala pendapat perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga diri mereka, hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Namun demikian, pembelajaran orang dewasa perlu pula mendapatkan kepercayaan dari pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri. Tanpa kepercayaan diri tersebut maka suasana belajar yang kondusif tak akan pernah terwujud.

Selain itu, faktor tenaga administrasi sekolah juga mempengaruhi belajar orang dewasa. Tenaga administrasi yang sering mempersulit dan tidak kooperatif dengan peserta didik akan menyebabkan mereka malas mengurus administrasi pendidikan sehingga menyebabkan aktivitas belajar mereka terganggu. Demikian pula faktor teman-teman belajar (sekelas) yang tidak menyenangkan, meskipun pengaruhnya tidak sebesar pengaruh yang dialami peserta didik anak-anak dan remaja, dapat menyebabkan orang dewasa tidak betah dan memilih pindah ke sekolah atau institusi belajar lainnya dimana mereka dapat menemukan teman-teman belajar yang menyenangkan.
2. Lingkungan sosial masyarakat (tempat tinggal siswa)
Faktor ini dapat berpengaruh manakala orang dewasa berada dalam lingkungan masyarakat tempat tinggal yang kurang mendukung aktivitas belajarnya. Beberapa kondisi yang mungkin mempengaruhi misalnya aktivitas yang padat seperti kegiatan kampung yang menyita waktu, adanya konflik dengan tetangga di sekitar kediaman, dsb.
3. Lingkungan sosial keluarga (ketegangan di dalam keluarga, sifat-sifat orang tua, pengelolaan keluarga).
Permasalahan yang terjadi didalam keluarga orang dewasa sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajar. Orang dewasa yang sedang dirundung masalah dengan pasangannya, orang tuanya, mertuanya atau anak-anaknya akan mengalami gangguan psikis sehingga mengganggu konsentrasi mereka dalam belajar. Jika ada anggota keluarga yang tidak menyetujui rencana belajar orang dewasa tentu saja sangat menghambat belajar. Anak-anak yang masih memerlukan perhatian ekstra juga dapat menyita waktu belajar dan mengakibatkan keterlambatan atau tidak terselesaikannya tugas-tugas yang diberikan di institusi belajar.

b. Faktor Lingkungan Non-Sosial
1. Faktor lingkungan alamiah
Faktor ini meliputi keadaan alam yang tidak bisa ditolak dan dihindari oleh peserta didik. Kondisi yang mendukung belajar kebanyakan peserta didik antara lain kondisi udara yang segar, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau bahkan tidak terlalu gelap, cuaca yang cerah (tidak hujan), dsb.

2. Faktor instrumental
Yang termasuk faktor instrumental adalah perangkat belajar yaitu:
a. Gedung sekolah (tempat belajar)
Orang dewasa memerlukan tempat belajar yang baik, nyaman dan aman. Jika dibandingkan dengan peserta didik anak-anak dan remaja, orang dewasa lebih kritis dalam menilai kondisi gedung atau tempat belajar mereka. Hal ini biasanya mereka kaitkan dengan biaya yang harus mereka keluarkan untuk pendidikan dan hak mereka mendapatkan tempat belajar yang baik yang sepantasnya mereka terima.

b. Alat-alat belajar
Ini meliputi ketersediaan dan kelengkapan alat belajar seperti buku dan instrumen pembelajaran yang diusahakan oleh masing-masing peserta didik maupun disediakan sekolah/guru.

c. Kurikulum
Kurikulum pendidikan orang dewasa hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitas tiap individu.

d. Peraturan institusi/sekolah
Peraturan sekolah hendaknya bersifat fleksibel, tidak terlalu mengekang apalagi memberi hukuman yang keras. Peraturan yang ketat tentu saja akan membuat peserta didik tidak nyaman, terintimidasi, dan menurunkan minat mereka untuk belajar di suatu institusi belajar atau sekolah.

e. Metode belajar
Salah satu aspek penting dalam pendidikan saat ini yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai metode atau konsep pendidikan untuk orang dewasa. Tidak selamanya kita berbicara dan mengulas di seputar pendidikan murid sekolah yang relatif berusia muda. Kenyataan di lapangan, hahwa tidak sedikit orang dewasa yang harus mendapat pendidikan baik pendidikan informal maupun nonformal, misalnya pendidikan dalam bentuk keterampilan, kursus-kursus, penataran dan sebagainya. Masalah yang sering muncul adalah bagaimana kiat, dan strategi membelajarkan orang dewasa yang notabene tidak menduduki bangku sekolah. Dalam hal ini, orang dewasa sebagai siswa dalam kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti anak-anak didik biasa yang sedang duduk di bangku sekolah tradisional. Oleh sebab itu, harus dipahami bahwa, orang dewasa yang tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri bergerak dari ketergantungan seperti yang terjadi pada masa kanak-kanak menuju ke arah kemandirian atau pengarahan diri sendiri. Kematangan psikologi orang dewasa sebagai pribadi yang mampu mengarahkan diri sendiri ini mendorong timbulnya kebutuhan psikologi yang sangat dalam yaitu keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai pribadi yang mengarahkan dirinya sendiri, bukan diarahkan, dipaksa dan dimanipulasi oleh orang lain. Dengan begitu apabila orang dewasa menghadapi situasi yang tidak memungkinkan dirinya menjadi dirinya sendiri maka dia akan merasa dirinya tertekan dan merasa tidak senang. Karena orang dewasa bukan anak kecil, maka pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat disamakan dengan pendidikan anak sekolah. Perlu dipahami apa pendorong bagi orang dewasa belajar, apa hambatan yang dialaiminya, apa yang diharapkannya, bagaimana ia dapat belajar paling baik dan sebagainya (Lunandi, 1987).

Pemahaman terhadap perkembangan kondisi psikologi orang dewasa tentu saja mempunyai arti penting bagi para pendidik atau fasilitator dalam menghadapi orang dewasa sebagai siswa. Berkembangnya pemahaman kondisi psikologi orang dewasa semacam itu tumbuh dalam teori yang dikenal dengan nama andragogi. Andragogi sebagai ilmu yang memiliki dimensi yang luas dan mendalam akan teori belajar dan cara mengajar. Secara singkat teori ini memberikan dukungan dasar yang esensial bagi kegiatan pembelajaran orang dewasa. Oleh sebab itu, pendidikan atau usaha pembelajaran orang dewasa memerlukan pendekatan khusus dan harus memiliki pegangan yang kuat akan konsep teori yang didasarkan pada asumsi atau pemahaman orang dewasa sebagai siswa.

3. Faktor materi pelajaran
Materi atau bahan yang akan diajarkan hendaknya sesuai dengan usia, kebutuhan, metode, dan kondisi peserta didik. Pengorganisasian bahan belajar sedemikian rupa, memudahkan peserta didik dalam mempelajarinya. Pengorganisasian bahan belajar dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan pembelajaran. Setiap bahan belajar yang ingin disampaikan harus dilihat dari ketertarikan peserta didik terhadap materi yang disampaikan, kesesuaian materi dengan kebutuhan peserta didik, dan kesamaan tingkat dan lingkup pengalaman antara pendidik dan peserta didik. Bahan belajar berisi pengetahuan, keterampilan dan atau nilai-nilai yang disampaikan yang akan dipelajari oleh peserta didik dalam mencapai tujuan belajar. Materi harus dipilih atas pertimbangan sejauh mana peranannya dalam menciptakan situasi untuk penyesuaian perilaku peserta didik dalam mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Materi itu pun akan mempengaruhi pertimbangan pendidik dalam memilih dan menetapkan teknik pembelajaran.


B. Kesulitan Belajar pada Orang Tua

Secara umum aktivitas belajar peserta didik usia dewasa dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor diatas. Namun demikian, ada baiknya jika kita mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami orang tua dalam belajar. Hal ini penting untuk diketahui terutama bagi pendidik yang mengajar peserta didik dewasa tua atau lanjut usia, bahwa mendidik orang tua sebenarnya tidak semudah yang dibayangkan dibanding mendidik anak-anak. Berikut ini kesulitan belajar pada orang tua yang dikemukakan oleh Ivor K. Davies dalam buku Pengelolaan Belajar, yaitu:

1. Problema Motivasional
Ada mitos yang menyebutkan bahwa orang tua lebih sulit diajar, kurang dapat menyesuaikan diri pada perubahan, dan terlalu tua untuk belajar. Asumsi ini telah membuat ramalan pada pihak orang-orang berusia tua yang dipenuhi sendiri. Ini berarti orang berusia tua condong bertingkah laku seperti yang diharapkan orang pada mereka. Gejala inilah yang merupakan salah satu sebab dari problema motivasional yang dialami orang tua, dan menyebabkan pemborosan (pembuangan dengan percuma) bakat-bakat dan pengalaman.

2. Problema Menghilangkan Apa yang Sudah Dipelajari Semula
Banyak orang berusia lanjut mengalami kesulitan besar dalam membuang kebiasaan lama. Mereka cenderung membuat kesalahan yang sama yang berulang-ulang (Kay, 1951). Demikian pula semakin banyak yang mereka tahu, dan semakin berpengalaman mereka, maka makin besar kesulitan bagi mereka untuk menghilangkan kebiasaan atau pengetahuan tersebut, walaupun pengetahuan itu sudah usang bagi situasi atau pekerjaan yang baru. Entwisle (1959) menunjukkan bagaimana dalam suatu pabrik pembuatan bir terjadi pengalihan dari mesin yang dijalankan kuda ke mesin yang dijalankan motor. Buruh yang berumur lebih dari 40 tahun mengalami kesulitan dalam mempelajari ketrampilan dengan motor daripada mereka yang berusia kurang dari 40 tahun.

3. Problema Lupa
Kecenderungan orang menganggap bahwa orang tua lebih cepat lupa ternyata merupakan suatu anggapan yang lemah. Penelitian Bromley (1958) menemukan bahwa dari tiga kelompok yang dibandingkan yang terdiri dari kelompok usia 17 sampai 76 tahun, usia tidak memberi perbedaan dalam skor dari suatu tes yang menguji ingatan jangka pendek. Tetapi Beblin (1968) dalam suatu pemeriksaan tentang penelitian mengenai cara mengajar orang tua, mengemukakan bahwa ada bukti kuat yang menunjang pernyataan tersebut. Dalam kondisi yang ideal memang tidak ada perbedaan dalam mengingat antara orang muda dan orang tua. Tetapi jika ada gangguan dan interferensi dari hal-hal yang tidak ada hubunganya dengan apa yang harus diingat, maka ada terlihat perbedaan tersebut, khususnya dalam ingatan jangka pendek.

4. Ketahanan Terhadap Perubahan dan Inovasi
Orang tua ternyata sulit menerima pendapat, metode, konsep, dan prinsip baru. Seolah-olah mereka dihalangi oleh pengetahuan dan keyakinan mereka. Oleh karena itu mereka tampak kaku dan tak mau menerima. Sebagian besar sikap ini berasal dari perasaan tidak aman serta kesulitan dalam hubungannya dengan orang yang lebih muda. Dengan demikian mereka mengambil sikap otokratik sebagai mekanisme pertahanan (defence mechanism).

5. Problema Penyesuaian Diri
Menurut Newsham (1969), jika seorang yang berusia lebih tua dilatih dan dilatih kembali, dan berhasil, maka masih ada suatu periode penyesuaian diri dalam situasi dan lingkungan kerja yang baru. Periode tersebut merupakan periode kritis dan terjadi segera sesudah terjadi belajar, ataupun seminggu atau lebih sesudahnya. Pada waktu inilah terjadi problema penyesuaian diri yang gawat, sehingga lebih banyak yang meninggalkan situasi dan lingkungan baru dari koleganya yang lebih muda.


BAB III. KESIMPULAN

Pembelajaran peserta didik usia dewasa merupakan pengalaman belajar berdasarkan kebutuhan dan minat orang dewasa pada tingkatan kemampuan dan pengetahuan yang berbeda untuk mendukung perubahan peranan serta tanggung jawab dalam kehidupan orang dewasa. Peserta didik usia dewasa dalam belajar jauh berbeda dengan anak-anak. Perbedaan itu didasarkan atas empat asumsi yaitu pengalaman, konsep diri, orientasi belajar, dan kesiapan belajar.

Keberhasilan peserta didik usia dewasa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pertama, faktor internal yang meliputi faktor fisiologis (yang berhubungan dengan kondisi fisik individu) dan faktor psikologis (yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan individu). Kedua, faktor eksternal yang meliputi faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non-sosial.

Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik usia dewasa dalam belajar serta kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi ini penting untuk diketahui oleh pendidik maupun peserta didik agar aktivitas belajar dapat berjalan lancar dan mencapai tujuan belajar yang ingin dicapai.



Foto-foto
Ashton Kutcher


DAFTAR PUSTAKA

Davies, Ivor K.. 1991. Pengelolaan Belajar (Terjemahan Sudarsono S, dkk). Jakarta: CV. Rajawali dan PAU-UT.
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Mustakim. 2001. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
http://elearn.bpplsp-reg5.go.id/cetak.php?id=14
http://www.jugaguru.com/article/49/tahun/2006/bulan/10/tanggal/10/id/184/






Karakteristik anak usia SMP / Remaja



KARAKTERISTIK ANAK USIA SMP / REMAJA


BAB I. PENDAHULUAN

Bagi sebagian besar individu yang baru beranjak dewasa bahkan yang sudah melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup mereka. Kenangan terhadap saat remaja merupakan kenangan yang tidak mudah dilupakan, sebaik atau seburuk apapun saat itu. Sementara banyak orangtua yang memiliki anak berusia remaja merasakan bahwa usia remaja adalah waktu yang sulit. Banyak konflik yang dihadapi oleh orangtua dan remaja itu sendiri. Banyak orangtua yang tetap menganggap anak remaja mereka masih perlu dilindungi dengan ketat sebab di mata orangtua, para anak remaja mereka masih belum siap menghadapi tantangan dunia orang dewasa. Sebaliknya, bagi para remaja, tuntutan internal membawa mereka pada keinginan untuk mencari jati diri yang mandiri dari pengaruh orangtua. Keduanya memiliki kesamaan yang jelas: remaja adalah waktu yang kritis sebelum menghadapi hidup sebagai orang dewasa.


BAB II. PEMBAHASAN

Dalam kehidupan anak terdapat dua proses yang terjadi secara kontinue, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung secara interdependent, saling bergantung satu sama lainnya dan tidak dapat dipisahkan (tidak bisa berdiri sendiri), akan tetapi dapat dibedakan (Kartono, K., 1979).
Pertumbuhan dimaksudkan untuk menunjukkan bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik yang murni. Perubahan ukuran akibat bertambah banyaknya atau bertambah besarnya sel (Edwina, 2004) Misalnya : bertambahnya tinggi badan, bertambahnya berat badan, otot-otot tubuh bertambah pesat (kekar).
Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu yaitu proses yang menuju kedepan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju (Ahmadi, A., 1991).
Dalam makalah ini, kami hanya akan membahas mengenai tumbuh dan kembang masa remaja khususnya anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu antara usia 12–15 tahun.


A. Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Masa remaja ini sering dianggap sebagai masa peralihan, dimana saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa. Menurut Anna Freud (dalam Yusuf. S, 2004) masa remaja juga dikenal dengan masa strom and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan psikis yang bervariasi. Pada masa ini remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan dan sebagai akibatnya akan muncul kekecewaan dan penderitaan, meningkatnya konflik dan pertentangan, impian dan khayalan, pacaran dan percintaan, keterasinagan dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan (Gunarsa, 1986).

Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/jati diri. Individu ingin mendapat pengakuan tentang apa yang dapat ia hasilkan bagi orang lain. Apabila individu berhasil dalam masa ini maka akan diperoleh suatu kondisi yang disebut identity reputation (memperoleh identitas). Apabila mengalami kegagalan, akan mengalami Identity Diffusion (kekaburan identitas). Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya.

Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut Monks dkk (2004) yaitu antara umur 12 – 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir.


B. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Remaja Usia SMP

1. Pertumbuhan fisik
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase ini remaja memerlukan asupan gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara optimal. Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh berkembang pesat.

2. Perkembangan seksual
Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja. Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama.

Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi lebih penuh dan merdu.

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.

Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

3. Cara berfikir kausalitas
Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis. Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil berkata “pantang”. Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal itu tidak boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan maka dia akan tetap melakukannya. Apabila guru/pendidik dan oarang tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar.

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.

4. Emosi yang meluap-meluap
Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih atau marah. Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.

5. Perkembangan Sosial
Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.
Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial. Ketrampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai perkembangan anak, dsb. Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.

Ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.

Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan.

Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki ketrampilan sosial (sosial skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Ketrampilan-ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri & orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dsb. Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal. Jadi tidak mengherankan jika pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari ingkungannya dan berusaha mendapatkan status atau peranan, misalnya mengikuti kegiatan remaja dikampung dan dia diberi peranan dimana dia bisa menjalankan peranan itu dengan baik. Sebaliknya jika remaja tidak diberi peranan, dia akan melakukan perbuatan untuk menarik perhatian lingkungan sekitar dan biasanya cenderung ke arah perilaku negatif.

Salah satu pola hubungan sosial remaja diwujudkan dengan membentuk satu kelompok. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik pada kelompok sebayanya sehingga tidak jarang orang tua dinomorduakan, sedangkan kelompoknya dinomorsatukan. Contohnya, apabila seorang remaja dihadapkan pada suatu pilihan untuk mengikuti acara keluarga dan berkumpul dengan teman-teman, maka dia akan lebih memilih untuk pergi dengan teman-teman.

Pola hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan jenisnya dan mulai mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti dan melarangnya maka akan menimbulkan masalah sehingga remaja cenderung akan bersikap tertutup pada orang tua mereka. Anak perempuan secara biologis dan karakter lebih cepat matang daripada anak laki-laki.

6. Perkembangan Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.

Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.

Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.

7. Perkembangan Kepribadian
Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.


KESIMPULAN

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Masa remaja ini sering dianggap sebagai masa peralihan, dimana saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa.

Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut Monks dkk (2004) yaitu antara umur 12 – 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir.

Karakteristik anak remaja bisa dilihat dalam beberapa aspek, yaitu dari Pertumbuhan fisik, perkembangan seksual, cara berfikir kausalitas, emosi yang meluap-luap, perkembangan sosial, perkembangan moral dan perkembangan kepribadian.

Remaja diharapkan lebih mengerti dirinya sendiri dan dimengerti orang lain, sehingga dapat menjalani persiapan masa dewasa dengan lancar. Dengan memanfaatkan semua kesempatan yang tersedia, terbentuklah kepribadian yang terpadu untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan.


Foto-foto
Channing Tatum


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta

Gunarsa, D. 1986. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT. BK Gunung Mulia

Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi ke lima. Jakarta : Erlangga

Kartono, K. 1979. Psikhologi Anak. Bandung : Alumni

Monk, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan : pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Zulkifli, L.. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya











Sunday, July 26, 2009

Pasar Modal dan Pengumuman Informasi Perusahaan

PASAR MODAL DAN PENGUMUMAN INFORMASI PERUSAHAAN

1. PENDAHULUAN

Informasi laporan keuangan adalah salah satu dari banyak sumber potensial yang bisa digunakan oleh pasar modal untuk merevisi harga saham umum, saham istimewa, surat obligasi, dan surat-surat dagang. Bukti apakah yang menunjukkan bahwa informasi laporan keuangan memainkan peran yang penting dalam proses revaluasi pasar modal? Bukti apakah yang menunjukkan bahwa pasar modal bereaksi terhadap pendapatan yang dilaporkan dengan cara mekanistis yang diusulkan oleh para pejabat perusahaan dan penulis yang dikutip pada Bab 9? Bukti apakah yang menunjukkan ketepatan waktu pengumuman laporan keuangan? Ini semua dan persoalan yang berhubungan dibahas pada bab ini.

Persoalan-persoalan ini adalah penting bagi banyak kelompok. Pertimbangkan para analis sekuritas yang mengadopsi pendekatan analisis mendasar untuk pilihan investasi (lihat Bab 9). Bagian utama analisis ini menguji tren dalam laporan keuangan perusahaan. Jika tidak ada asosiasi antara tren tersebut dan keuntungan pasar bursa, maka analisis ini mungkin tidak berharga. Apalagi, meskipun jika terdapat asosiasi, pertanyaan tentang ketepatan waktu data akuntansi adalah penting. Jika sumber informasi yang berkompeten bisa secara lengkap memberikan pasar modal dengan informasi dalam laporan tahunan pada tanggal yang lebih awal, maka reevaluasi pendekatan analisis mendasarnya kelihatan terjamin/benar.

Managemen perusahaan juga sangat tertarik dengan persoalan-persoalan yang dibahas dalam bab ini. Managemen memiliki kebijakan terhadap penjadwalan banyak pengumuman informasi (contohnya: laporan pendapatan) dan bahkan jika ada hal yang akan diumumkan (contohnya: perkiraan pendapatan). Pemahaman bagaimana pasar modal bereaksi terhadap isi dan penjadwalan pengumuman-pengumuman pribadi memudahkan perkembangan kebijakan penyingkapan perusahaan yang utuh.

Pihak-pihak lain juga tertarik dengan persoalan yang dibahas dalam bab ini. Sebagai contoh, auditor adalah subjek perkara hukum yang menyatakan bahwa investor menderita kehilangan pasar modal karena hal selain penyingkapan materi oleh managemen atau auditor sendiri. Satu implikasi bukti yang penting yang dibahas dalam bab ini adalah bahwa auditor harus memonitor keuntungan sekuritas klien-kliennya ketika memutuskan apakah membuat investigasi detail akuntansi atau melaporkan masalah klien-klien itu.

Agen-agen peraturan seperti FASB dan SEC membuat keputusan yang mempengaruhi isi atau penjadwalan informasi yang dilaporkan kepada pasar modal. Argumen yang dibuat patuh terhadap agen-agen ini sering membuat asumsi tentang peran pendapatan yang dilaporkan dalam penentuan harga sekuritas (contohnya, bahwa ada hubungan mekanistik antara pendapatan yang dilaporkan dan harga sekuritas). Keterangan dalam bab ini mengusulkan bahwa beberapa asumsi yang dibuat adalah bukanlah deskriptif dari pasar-pasar modal itu yang menjadi subjek riset.

Sebuah teknik penting yang selalu disebutkan dalam bab ini adalah ukuran hasil abnormal kumulatif (CAR). Tambahan pada bab ini menjelaskan dan menggambarkan ukuran CAR. Pembaca yang tidak biasa dengan ukuran CAR disarankan membaca tambahan sebelum membaca Bagian 11.2 sampai 11.7.






1.2. Reaksi Pasar Modal terhadap Pengumuman yang Berorientasi Kuat

Bagian ini menguji tingkah laku variabel pasar modal pada saat pengumuman yang berorientasi kuat diumumkan kepada masyarakat umum. Fokusnya adalah pada apakah pengumuman seperti itu bersifat informative terhadap partisipan pasar modal individu atau terhadap kelompok pasar modal.

Satu hal yang ditunjukkan adalah apakah pengumuman ini dihubungkan dengan aktivitas volume perdagangan (TVA) yang ditambah pada saat pengumumannya. Ukuran berikut telah dipakai dalam beberapa studi untuk menguji masalah ini:
TVA i.t = Jumlah saham i diperdagangkan pada waktu t
Jumlah saham i yang menonjol pada waktu t

Dengan menguji tingkah laku TVA i.t pada periode pengumuman, relatif terhadap TVA i.t pada periode non-pengumuman, keterangan/bukti apakah pengumuman dihubungkan dengan volume perdagangan yang meningkat bisa dikumpulkan. Ukuran TVA i.t yang terdahulu dipakai untuk menguji apakah investor pribadi merasa pengumuman itu informatif, dalam hal bahwa telah menyebabkan tingkat pembelian atau penjualan saham diatas normal.
Persoalan kedua yang ditunjuk adalah apakah pengumuman ini berhubungan dengan perubahan distribusi pendapatan sekuritas pada waktu pengumumannya. Satu ukuran dipakai dalam beberapa studi untuk menguji variabilitas hasil sekuritas (SVR), yaitu:

SRV i.t = U i.t
V(U i.t)

Dimana: U i.t = hasil abnormal sekuritas I dalam waktu t (lihat appendix bab ini)
V(U i.t) = varian hasil abnormal dalam periode non-pengumuman

Ukuran ini menguji apakah terdapat variabilitas dalam hasil sekuritas pada waktu pengumuman dikeluarkan.
Ukuran lain yang dipakai dalam riset ini adalah U i.t, ukuran ini menguji apakah ada perubahan mean hasil sekuritas pada waktu pengumuman dikeluarkan. Ukuran mean (U i.t) dan variabilitas (SRV i.t) menguji apakah kelompok pasar merasa pengumuman itu informative, dalam hal dihubungkan dengan perubahan distribusi hasil sekuritas pada waktu pengumumannya. Saat Ukuran U i.t adalah dirata-rata melalui observasi, nilai positif dan negative dapat menggagalkan satu sama lain. Ketika ukuran SRV i.t dirata-rata melalui observasi, tidak ada pembatalan yang terjadi (semua nilai SRVi.t adalah non-negatif). Hasilnya adalah bahwa jika ada keheterogenan dalam serangkaian observasi mengenai tujuan akibat hasil sekuritas dari pengumuman, ukuran SRV i.t lebih cenderung mendeteksi bahwa pengaruh kuat seperti itu terjadi. (bagaimanapun juga, ukuran SRVi.t tidak akan memberikan pengetahuan kedalam sifat tujuan pengaruh kuat itu).


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Isi Informasi

Tiga faktor yang dapat mempengaruhi isi/kandungan informasi sebuah pengumuman adalah:

1. Harapan pasar modal mengenai isi dan jadwal pengumuman.
Secara khusus akan ada ketidakpastian mengenai isi dan timing pengumuman dari perusahaan. Sebagai aturan umum, semakin besar ketidakpastian, semakin besar pula potensi pengumuman seseorang yang menyebabkan revisi harga sekuritas. Faktor penting yang mempengaruhi harapan pasar modal adalah ketersediaan sumber-sumber informasi yang berkompeten. Tabel 11.1 menyediakan aturan pengumuman yang berorientasi kuat. Pengaturannya dibuat untuk diterapkan oleh semua bagian perusahaan. Untuk industri tertentu, item ‘lain’ dalam beberapa kategori dalam Tabel 11.1 dapat dirinci untuk mendapat kelas-kelas spesifik pengumuman yang ditemukan pada dasar yang berulang untuk perusahaan dalam industri itu. Dalam banyak kejadian, pengumuman dalam satu kategori dalam Tabel 11.1 (sebagai contoh, marketing-produksi-sales) dapat mempengaruhi harapan pasar modal mengenai isi dan timing pengumuman dalam kategori lain (sebagai contoh, pendapatan).

2. Implikasi pengumuman untuk distribusi masa depan hasil sekuritas
Sebagai aturan umum, semakin besar revisi relatif dalam aliran uang yang diharapkan, semakin besar implikasi revaluasi harga sekuritas pengumumannya. Presiden pada sebuah perusahaan (Cibola Energy Corporation) menjelaskan faktor ini dengan judul “Perusahaan Besar, Perusahaan Kecil, dan Teori Big bang”.
Mengapa berinvestasi di perusahaan minyak yang kecil? Sekarang, saya tahu satu-satunya alas an – Teori Big Bang. Perusahaan kecil memiliki potensi pertumbuhan yang meledak jika menemukan lading minyak atau gas yang luas. Sebaliknya, perusahaan besar biasanya tidak akan terpengaruh oleh penemuan lading seperti itu karena dampak proporsi yang relative kecil terhadap cadangan totalnya.

Banyak pengumuman melaporkan dalam publikasi seperti The Wall Street Journal atau The (London) Financial Times memiliki akibat minim terhadap masa aliran uang masa depan (atau atribut lainnya yang dinilai oleh pasar modal) yang memakai metodologi riset terbaru yang ada, kita akan mengelompokkan meski tidak memiliki isi informasi.

3. Kredibilitas sumber informasi.
Sebagai aturan umum, semakin kredibel sumber pengumuman informasi, semakin luas implikasi revaluasi pengumuman itu. Kebenaran sebuah pengumuman informasi bisa dipertanyakan dengan berbagai dasar. Misalnya, item yang terkandung dalam pengumuman adalah tidak benar, atau item yang tidak terdapat dalam pengumuman adalah materi interpretasi dari item yang terkandung. Satu dasar untuk menanyakan kejujuran sebuah pengumuman adalah jika sumbernya memiliki track record kesalahan pokok atau pengumuman yang menyesatkan. Sementara hukum dan hukuman lainnya (contoh, kerja/menjabat yang dikurangi) menciptakan insentif bagi para eksekutif dan pihak-pihak lain untuk membuat kebenaran dan penyingkapan yang lengkap, cerita yang berlanjut tentang seseorang yang membuat pengumuman yang salah atau menyesatkan muncul untuk mendampingi semua pasar di mana sekuritas diperdagangkan.


B. Efek Pengumuman Pendapatan Volume Perdagangan dan Variabilitas Hasil Sekuritas

Salah satu penemuan yang paling kuat dalam area riset laporan keuangan adalah bahwa pengumuman pendapatan sementara dan tahunan dihubungkan dengan volume perdagangan yang meningkat dan variabilitas hasil sekuritas yang meningkat. Sebuah studi klasik awal adalah Beaver (1968). Kekuatan utama studi ini adalah perhatiannya terhadap hal-hal metodologis. Perhatikan pengujian volume perdagangan pada waktu pengumuman pendapatan. Perdagangan dapat terjadi karena berdagai faktor:
  • Pembelian/penjualan oleh investor untuk menyelaraskan aktivitas pendapatan-income dan pengeluaran-income
  • Pembelian/penjualan oleh investor untuk memelihara berbagai portofolio.
  • Pembelian/penjualan oleh investor berkenaan dengan perubahan resiko portofolio atau perubahan pilihan resiko masing-masing.
  • Pembelian/penjualan oleh investor berkenaan dengan alasan pajak (contoh, pajak yang berbeda untuk perolehan modal dan income lainnya).
  • Pembelian/penjualan oleh investor berkenaan dengan informasi baru yang menyebabkan revisi perkiraan kemungkinan distribusi hasil/laba.

Beaver menyediakan banyak usaha untuk mengontrol faktor-faktor yang berhubungan dengan non-pendapatan yang mempengaruhi volume perdagangan pada waktu pengumuman pendapatan. Sebuah sample yang terdiri dari 143 perusahaan selama periode 1961 – 1965 dipelajari. Sampel ini dibatasi/tidak berlaku untuk perusahaan tahun fiscal non-31 Desember, sehungga meminimalisir akibat volume perdagangan yang menyebabkan pajak Desember-Januari. (Pembatasan ini juga mengurangi pengelompokan observasi dalam periode waktu kalender pendek karena banyak perusahaan memiliki akhir tahun fiscal 31 Desember). Sampel juga tidak berlaku untuk perusahaan yang tidak memiliki pengumuman dividen pada minggu pengumuman pendapatan tahunan. Dengan demikian, efek satu nonpendapatan potensial yang mendorong volume perdagangan diminimalisir. Dengan cara yang sama, Beaver memeriksa volume perdagangan pada periode pengumuman pendapatan relatif terhadap volume pada periode non-pengumuman. Dengan demikian, volume perdagangan yang berhubungan dengan faktor-faktor yang menyebabkan perdagangan yang terus-menerus diperhitungkan dalam eksperimennya.

Ukuran TVAi.t (pada 11.1) dipakai oleh Beaver untuk menguji/memeriksa volume perdagangan mingguan. Hasil selama periode 17 minggu sekitar (dan dalam) minggu pengumuman pendapatan ditunjukkan oleh panel A Gb. 11.1. Garis putus-putus menunjukkan TVAi.t rata-rata dalam periode nonlaporan. Beaver melaporkan bahwa terdapat “peningkatan volume yang agak dramatis dalam minggu pengumuman (minggu 0). Volume rata-rata pada minggu 0 adalah 33 persen lebih besar dari volume rata-rata periode nonlaporan dan itu jelas-jelas nilai yang terbesar yang ditunjukkan selama 17 minggu. Para investor melakukan penggantian posisi portofolio pada waktu pengumuman pendapatan dan penggantian ini konsisten dengan pernyataan bahwa laporan pendapatan memiliki isi/muatan informasi” (hal. 74). Fase kedua dari riset Beaver (1968) memeriksa variabilitas hasil sekuritas pada periode 17 minggu yang sama disekitar pengumuman pendapatan tahunan. Ukuran SRVi.t (pada 11.2) dipakai dalam fase ini. Panel B pada Gb. 11.1 menggambarkan perilaku SRVi.t selama periode 17 minggu yang sama. Variabilitas hasil sekuritas adalah 67% lebih tinggi pada minggu pengumuman pendapatan daripada pada periode pengumuman non-pendapatan.

Perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam NYSE atau ASE pertama mengumumkan jumlah pendapatan mereka pada papan pengumuman. Dengan demikian, jam dan menit dari tiap pengumuman berita pendapatan dapat diketahui. Patell dan Wolfson (1984) memakai informasi ini untuk menguji perilaku harian hasil sekuritas pada periode sekitar pengumuman pendapatan. Sampelnya adalah 96 perusahaan yang terdaftar pada NYSE dan ASE pada periode 1976-1977 (dan yang juga memiliki pilihan dagang di Chichago Board Option Exchange dalam periode yang sama). Bagian riset mereka memusatkan pada banyaknya perubahan harga sekuritas yang ekstrim dalam periode perdagangan 26 jam disekitar tiap pengumuman. Perubahan harga yang ekstrim adalah “satu yang turun pada lima persen distribusi (perubahan harga) selama periode perdagangan satu jam atau semalaman” (hal. 237-238). Sebuah periode dimana tidak ada pengumuman pendapatan dibuat dipakai untuk menilai distribusi perubahan harga sekuritas yang diperkirakan. Hasil-hasil dilaporkan dalam Gb. 11.2. Kesimpulannnya adalah bahwa terdapat “suatu reaksi yang sangat kuat pada pengumuman, bagian utamanya hilang dalam dua jam, tetapi bersama bekas yang terdeteksi yang tak hilang pada hari berikutnya”. (hal.240).

Foster (1981) juga melaporkan hasil yang memakai ukuran SRVi.t (pada 11.2) untuk sampel pengumuman pendapatan sementara dan tahunan 53 perusahan Amerika selama periode 1963-1978. Kesimpulannya adalah bahwa dalam periode perdagangan dua hari dan termasuk laporan pendapatan dalam The Wall Street Journal, terdapat peningkatan 78% variabilitas hasil sekuritas relative terhadap variabilitas hasil sekuritas dua hari pada periode pengumuman non-pendapatan. Sampel itu kemudian dibagi pada basis industri. Fokus analisis ini adalah apakah perbedaan SRVi.t hadir dalam industri pada sampel. SRVi.t rata-rata untuk tiap perusahaan dari delapan perusahaan yang ditunjukkan oleh sampel (lihat Figur 11.2).

Perusahaan yang termasuk dalam industri ini disaratkan memiliki sedikitnya 50% penghasilan tahunan mereka dari satu jalur bisnis ‘industri’. Berdasarkan pada hasil terdahulu (dan sama), keanggotaan industri muncul sebagai variabel penting yang menjelaskan perbedaan antar perusahaan dalam magnitude statistic SRVi.t pada waktu pengumuman pendapatan.

Beberapa variabel (disamping keanggotaan industri) telah diketahui yang menjelaskan perbedaan dalam magnitude variabel hasil sekuritas yang dihubungkan dengan pengumuman pendapatan. Richardson (1984) mengamati sampel 153 perusahaan NYSE dan ASE. Dengan memfokuskan pada laporan penghasilan yang dibuat pada periode 1976-1978 dan memakai ukuran SRVi.t, ia melaporkan pertambahan 40% variabilitas hasil sekuritas dalam minggu pengumuman pendapatan. Richardson kemudian membagi sampelnya berdasarkan kapitalisasi pasar dan memeriksa SRVi.t rata-rata, dan rata-rata variabel lain. Variabel lainnya adalah sbb.:
Ukuran tingkat informasi yang tersedia untul peserta pasar, sebagai contoh, (a) ada atau tidaknya perkiraan pendapatan analis yang dilaporkan dalam The Earning Forcaster dan (b) hitungan alami jumlah item beruta dalam Wall Street journal dalam 12 bulan sebelum pengumuman. Motivasi untuk dua ukuran ini adalah bahwa “sedikit analis dan pers dapat menghasilkan informasi yang kurang sistimatis yang terkurung dalam pasar saham”. (hal. 13)
Ukuran tingkat informasi yang tersedia dari sumber-sumber makro. Wakil yang dipakai untuk variable ini adalah bentuk R² dari regresi tiap pendapatan perusahaan pada sebuah index pendapatan ekonomi luas (lih. Bab 6). Motivasi ukuran ini adalah bahwa ‘laporan pendapatan untuk perusahaan ber R² rendah cenderung kurang didorong oleh sumber informasi makro, menjadikan pendapatan sebagai sebuah sumber informasi yang relatif lebih penting untuk investor yang tertarik pada perusahaan seperti itu, dibandingkan dengan perusahaan ber R² tinggi. (hal 15).

Tabel 11.2 menunjukkan bagian hasil riset Richardson (1984). Meskipun bukan hubungan monoton antar variable dalam table 11.2, pola hasilnya dapat diperoleh. Perusahaan dengan variabilitas hasil sekuritas yang tinggi pada minggu pengumuman pendapatan tahunan adalah:
  1. Berskala kecil
  2. Memiliki frekuensi perkiraan rendah yang dilaporkan dalam The Earnings Forcaster.
  3. Memiliki item lebih sedikit yang dilaporkan The Wall Street Journals
  4. Memiliki persentasi variabilitas penghasilan rendah yang dijelaskan dengan variable ekonomi.

Seperti terlihat pada Tabel 11.2, empat variable ini tidak bebas satu sama lain.

Pasar Saham lain dan Negara lain
Kebangkitan riset yang memakai perusahaan Amerika telah memfokuskan pada perusahaan yang terdaftar pada NYSE dan ASE (untuk akses luas terhadap data hasil sekuritas untuk perusahaan ini). Sebuah studi telah menyelidiki sekuritas yang diperdagangkan di pasar OTC. Grant (1980) melaporkan hasil sample 747 pengumuman penghasilan tahunan dari 211 perusahaan OTC. Nilai rata-rata ukuran SRVi.t pada minggu pengumuman penghasilan adalah 2.596. Rata-rata SRVi.t pada 8 minggu sebelum dan sesudah pengumuman adalah 1.054. Berdasarkan kelompok 101 perusahaan anggota NYSE, kesimpulannya adalah bahwa ukuran SRVi.t “untuk sample OTC pada minggu kosong adalah lebih besar daripada yang di perusahaan NYSE” (hal 265). Diduga ini akibat investor OTC memiliki “sedikit sumber alternatif untuk mendapatkan informasi perusahaan sebelum keluarnya jumlah penghasilan tahunan” (hal 267). Morse (1981) menguji perilaku TVAi.t (pada 11.1) dan SRVi.t (pada 11.2) sebagai contoh 25 saham NYSE/ASE dan saham 25 OTC pada periode 1973-1976. Aktivitas volume perdagangan yang bertambah dan variabilitas hasil sekuritas yang bertambah pada waktu pengumuman penghasilan diteliti oleh kedua sample. Berlawanan dengan Grant (1980), Morse (1981) melaporkan tidak ada perbedaan signifikan antara sample NYSE/ASE dan OTC untuk TVAi.t maupun SRVi.t.(bagaimanapun, sample saham OTC Morse diambil dari populasi sekuritas dagang yang aktif)

Maingot (1984) melaporkan hasil menggunakan SRVi.t (pada 11.2) untuk 100 perusahaan yang terdaftar pada London Stocks Exchange. Periode waktunya adalah 1976 sampai 1978. Sampelnya hanyalah perusahaan yang memiliki satu pengumuman deviden pada minggu pengumuman pendapatan tahunan: “penghasilan dan deviden Inggris diumumkan pada waktu yang sama. Maka dari itu, seseorang hanya bisa menguji pengaruh gabungan pendapatan dan deviden”. (hal.53). SRTi.t rata-rata pada minggu pengumuman adalah 4.003 dibanding rata-rata 553 selama delapan minggu sebelum dan sesudah pengumuman. Kesimpulannya adalah bahwa “jumlah penghasilan tahunan yang diumumkan oleh perusahaan Inggris memiliki informasi. Bagaimanapun, saat terjadi respon maksimum pada minggu 0, muncul beberapa reaksi antisipasi pada minggu sebelum (minggu-1) pengumuman.” (hal 56)





Foto-foto
Channing Tatum




Pasar Tenaga Kerja dan Upah Minimum


PASAR TENAGA KERJA DAN UPAH MINIMUM



Pasar tenaga kerja adalah pasar yang paling penting dimana kita berpartisipasi. Ini adalah pasar yang mempengaruhi pekerjaan yang kita dapat dan upah yang kita terima. Perusahaan menentukan berapa banyak tenaga kerja yang dibutuhkan, semakin rendah tingkat upah, semakin besar jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Rumah tangga menentukan berapa besar suplai tenaga kerja, semakin tinggi tingkat upah semakin besar jumlah tenaga kerja yang disuplai. Tingkat harga disesuaikan untuk menyeimbangkan jumlah tenaga kerja yang diminta dengan jumlah suplainya.

Tetapi pasar tenaga kerja secara konstan terpukul oleh goncangan, dan prospek upah dan pekerjaan berubah secara konstan. Sumber yang paling berpengaruh terhadap goncangan ini adalah kemajuan teknologi. Teknologi baru hemat tenaga kerja menjadi tersedia setiap tahun. Hasilnya permintaan untuk beberapa jenis tenaga kerja, biasanya yang keahliannya paling sedikit, berkurang. Sejak tahun 1980-an, permintaan untuk operator telepon dan teknisi perbaikan televisi telah menurun. Dan lebih dari 200 tahun terakhir, permintaan untuk buruh tani berkeahlian rendah terus menurun.

Bagaimanakah pasar tenaga kerja mengatasi penurunan yang terus menerus untuk permintaan tenaga kerja berkeahlian rendah ini? Apakah berarti bahwa upah untuk tenaga kerja berkeahlian rendah turun secara konstan? Adakah alasan bagi sistem upah minimum untuk meletakkan dasar dibawah upah mereka dan untuk mencegah akibat merugikan distribusi income yang mengikuti dari jatuhnya upah buruh yang dibayar rendah? Sistem ini adalah contoh hukum harga minimum yang merupakan peraturan yang membuat penjualan barang atau jasa tertentu di bawah harga tertentu (disebut dasar/lantai harga) illegal.


Pasar untuk Tenaga Kerja Bukan Ahli

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus melihat pasar kerja dalam jangka pendek dan jangka panjang. Pada jangka pendek, ada sejumlah orang yang telah diberi keahlian, training, dan pengalaman. Suplai tenaga kerja jangka pendek menggambarkan seberapa jam tenaga kerja yang disuplai oleh para pekerja ini berubah menurut perubahan tingkat upahnya. Agar mereka tetap bekerja dalam jam yang lebih banyak, mereka harus diberi tingkat upah yang lebih tinggi.
Pada jangka panjang, orang-orang bisa menerima keahlian baru dan menemukan jenis pekerjaan baru. Jumlah orang dalam pasar tenaga kerja berkeahlian rendah tergantung pada tingkat upah dalam pasar ini dibandingkan dengan kesempatan yang lain. Jika tingkat upahnya cukup tinggi, orang-orang akan memasuki pasar ini. Jika upahnya terlalu rendah, orang-orang akan meninggalkannya. Beberapa akan mencari training untuk bisa memasuki pasar tenaga kerja berkeahlian lebih tinggi, dan lainnya akan berhenti bekerja dan tinggal di rumah atau istirahat. Suplai tenaga kerja jangka panjang adalah hubungan antara jumlah tenaga kerja yang disuplai dan tingkat upah setelah cukup waktu terlewat bagi orang-orang untuk memasuki atau meninggalkan pasar tenaga kerja berkeahlian rendah. Jika orang bisa dengan bebas masuk atau meninggalkan pasar tenaga kerja berkeahlian rendah, suplai tenaga kerja jangka panjang akan elastis dengan sempurna.
Gambar 7 menunjukkan pasar untuk tenaga kerja berkeahlian rendah. Semakin rendah tingkat upah, semakin besar jumlah buruh yang diminta perusahaan. Semakin tinggi tingkat upah semakin besar jumlah tenaga kerja yang disuplai rumah tangga. Tetapi semakin lama periode penyesuaian, semakin besar elastisitas suplai tenaga kerja. Kurva suplai jangka pendek adalah SS, dan kurve suplai jangka panjang adalah LS. Pada gambar, suplai jangka panjang terlihat sangat elastis (kurve LS horizontal).

Apa yang terjadi jika penemuan hemat tenaga kerja mengurangi permintaan tenaga kerja berkeahlian rendah? Gambar 7.1(a) menunjukkan akibat jangka pendek perubahan itu. Kurva permintaan sebelum teknologi baru diperkenalkan adalah kurva berlabel D. Setelah adanya teknologi, kurva permintaan bergesaer ke DΛ. Gambar 7.1(b) menunjukkan penyesuaian jangka pendek. Kurve bergeser ke kiri, berpotongan dengan kurva permintaan DΛ pada tingkat upah tinggi dan tingkat pekerjaan rendah. Proses berakhir saat pekerja tidak memiliki insentif untuk meninggalkan pasar untuk tenaga kerja berkeahlian rendah dan kurva berubah ke SSΛ. Pada titik ini, tingkat upah kembali ke $5 per jam dan pekerjaan menurun sampai 20 juta jam setahun. Kadang-kadang prosesnya cepat, kadang-kadang pelan dan upah tetap rendah untuk periode yang lama. Untuk meningkatkan income buruh berkeahkian rendah, pemerintah turut campur dalam pasar tenaga kerja dan menentukan upah minimum untuk para pekerja.


Upah Minimum

Aturan upah minimum adalah peraturan yang membuat persewaan tenaga kerja di bawah upah tertentu illegal. Jika upah minimum ditetapkan di bawah upah kesetimbangan, maka upah minimum tidak berpengaruh. Tetapi jika upah minimum ditetapkan diatas upah kesetimbangan, upah minimum mengalami konflik dengan kekuatan pasar dan berpengaruh pada pasar tenaga kerja.


Upah Minimum dalam Prakteknya

Di Australia, upah minimum yang diterapkan untuk tenaga kerja non ahli, termasuk remaja, adalah akibat undang-undang yang menentukan standar minimum pasar kerja, termasuk tingkat upah. Undang-undang ini diterapkan oleh Komisi Hubungan Perindustrian Australia. Gambar 7.2 menunjukkan upah minimum menyebabkan pengangguran. Kebanyakan ekonom percaya bahwa upah minimum merupakan kontribusi besar untuk pengangguran yang tinggi di antara pekerja muda berkeahlian rendah. Tetapi pandangan ini telah ditentang dan tantangannya ditepis.

David Card, ekonom dari Univ. California Berkley dan Alan Krueger dari Univ. Princeton mengatakan bahwa peningkatan dalam upah minimum belum mengurangi pekerjaan dan menciptakan pengangguran. Mereka berkata bahwa tingkat pekerjaan pekerja berkeahlian rendah meningkat mengikuti peningkatan upah minimum. Tiga alasan mengapa upah yang tinggi dapat meningkatkan pekerjaan adalah:
1. Pekerja menjadi lebih bersungguh-sungguh dan produktif.
2. Pekerja kurang cenderung untuk berhenti sehingga dari segi biaya dapat dikurangi.
3. Menejer membuat operasional perusahaan lebih efisien.
Kebanyakan ekonom skeptis terhadap pendapat Card dan Krueger. Mereka menanyakan dua pertanyaan:
1. Jika upah yang tinggi membuat pekerja lebih produktif dan mengurangi pergantian buruh, mengapa perusahaan tidak membayar dengan bebas upah diatas keseimbangan?
2. Adakah penjelasan lain bagi respon pekerjaan yang ditemukan Card dan Krueger?
Satu penjelasannya antara lain bahwa card dan Krueger mendapatkan timing yang salah. Perusahaan memotong pekerjaan sebelum upah minimum dinaikkan untuk antisipasi adanya kenaikan. Penjelasan lain bahwa efek pekerjaan yang ditemukan Card dan Krueger disebabkan oleh perbedaan pertumbuhan ekonomi regional, bukan oleh perubahan upah minimum.


Ketidakefisienan Upah Minimum

Pasar tenaga kerja yang tidak diatur mengalokasikan sumber tenaga kerja yang langka pada pekerjaan di mana mereka dibayar paling tinggi. Upah minimum menghalangi mekanisme pasar dan hasil pengangguran – sumber tenaga kerja yang terbuang – dan jumlah pencarian kerja yang tidak efisien.
Dalam Gambar 7.2, dengan perusahaan hanya bekerja 20 juta jam tenaga kerja dengan upah minimum, banyak orang yang mau mensuplai tenaga kerja tidak dapat disewa. Ada sebuah kasus di mana upah minimum akan meningkatkan pekerjaan. Ini adalah di mana para supplier tenaga kerja dihadapkan dengan pembeli perorangan. Dalam bab 15 terlihat bagaimana pembebanan upah minimum dapat meningkatkan tenaga kerja yang diminta oleh jenis majikan ini, yang di sebut monopsonis.


Pasar dan Batas Harga

Untuk menggambarkan batas harga, anggaplah ada komunitas yang minum hanya air botolan yang telah difilter dan dimurnikan. Suplai air lainnya terlalu terpolusi untuk diminum. Anggap juga sebuah musibah mematikan pabrik terbesar. Bagaimana pasar mengatasinya?


Respon Pasar terhadap Berkurangnya Suplai

Gambar 7.3 menunjukkan pasar untuk air botolan sebelum musibah. Permintaan adalah D, dan kurva suplai jangka pendek adalah SS. Ini memiliki kemiringan yang positif. Output jangka pendek dapat ditingkatkan dengan menjalankan pabrik yang ada lebih keras, tetapi biaya tambahan output menjadi lebih tinggi. Suplai jangka panjang ditunjukkan oleh LS. Harga kesetimbangan dan kuantitasnya ditentukan pada titik perpotongan kurva suplai jangka pendek dan kurva permintaan. Sebelum musibah, harga kesetimbangan adalah 70 sen per liter dan kuantitasnya 100.000 liter per minggu.

Gambar 7.3(a) mencerminkan situasi baru setelah musibah, yang menurunkan suplai air botolan dan menggeser kurva suplai jangka pendek ke kiri ke SSΛ. Dengan hanya 44.000 liter air botolan yang tersedia, harga maksimum yang bisa dibayar oleh seseorang untuk liter terakhir yang tersedia adalah $1,10. Jadi untuk memperoleh air botolan, ditawarkan dengan harga lebih tinggi dari 70 sen. Pada Gambar 7.3(a), harganya melambung sampai 90 sen. Saat harga tinggi, jumlah yang disuplai meningkat dan jumlah yang diminta menurun. Orang mulai berhemat atau memasak air sendiri. Pada harga 90 sen, jumlah suplai dan permintaan air botolan adalah 72.000 liter.


Penyesuaian untuk Jangka Panjang

Dengan waktu yang cukup untuk memperbaiki kapasitas pembotolan, suplai akan meningkat. Karena harga 90 sen per liter lebih tinggi dari pada harga untuk jangka panjang, maka ada usaha untuk membangun kembali pabrik. Kurva akan bergeser ke kanan. Gambar 7.3(b) menggambarkan penyesuaian jangka panjang. Kurva suplai jangka pendek bergeser ke kanan dan memotong kurva permintaan pada harga terendah dan kuantitas tertinggi. Ini melewati aturan untuk menghentikan harga dari peningkatan dan mengganggu batas harga (price ceiling). Batas harga adalah peraturan yang mensyahkan perubahan harga menjadi lebih tinggi dari tingkat tertentu. Pengaruh batas harga tergantung apakah mengganggu pada level di atas atau di bawah harga kesetimbangan. Batas harga yang ditetapkan di atas harga kesetimbangan tidak memiliki pengaruh, karena kekuatan pasar tidak didesak oleh batas harga. Tetapi batas harga di bawah harga kesetimbangan memiliki pengaruh yang kuat terhadap pasar. Pada Gambar 7.4, jika batas harga menahan harga 70 sen per liter, lalu jumlah suplai 44.000 liter dan permintaan 100.000 liter. Maka ada kekurangan 56.000 liter – jumlah permintaan melebihi jumlah suplai 56.000 liter.
Pada pasar yang tanpa peraturan, kekurangan ini mengakibatkan naiknya harga (Gb. 7.3(a)) dan mekanisme harga akan mengatur kuantitas permintaan dan suplai dan mengalokasi botol yang langka. Sejauh orang bersedia membayar harga tinggi dari harga suplai minimum orang lain, harga akan meningkat dan kuantitas air botolan yang tersedia akan meningkat. Ketika batas harga mencoba menahan mekanisme pasar dengan membuat naiknya harga ilegal, maka terjadi dua perkembangan, yaitu:
§ Aktivitas Pencarian
§ Pasar Gelap


Aktivitas Pencarian

Ketika kuantitas yang diminta melebihi kuantitas yang disuplai, banyak suplier tidak memiliki apa-apa untuk dijual dan tidak ada yang bisa dibeli oleh para pemakai/pembeli. Karenanya pembeli yang tidak puas mencurahkan waktu untuk mencari suplier lain. Waktu yang digunakan untuk mencari seseorang untuk bisnis bersama disebut aktivitas pencarian. Aktivitas pencarian membutuhkan biaya untuk waktu dan sumber lainnya seperti telepon, mobil, minyak, yang dapat dipakai untuk kegiatan produktif. Setiap informasi tentang air botolan baru yang tersedia adalah berguna. Orang akan berlomba menjadi yang pertama mendapatkan suplai baru. Harga penuh tiap liter adalah sama dengan harga (harga yang diatur) ditambah harga waktu dan sumber lain yang dipakai untuk pencarian (harga yang tidak diatur).


Pasar Gelap

Pasar gelap adalah sebuah bentuk perdagangan ilegal di mana pembeli dan penjual melakukan bisnis dengan harga lebih tinggi dari diatas harga yang ditentukan secara legal. Tingkat harga pasar gelap tergantung pada seberapa ketat kebijakan pemerintah soal aturan batas harga, kesempatan tertangkap yang mengancam mereka, dan skala hukuman atas pelanggarannya.
Satu yang ekstrim adalah bahwa kesempatan tertangkap karena melanggar batas harga adalah kecil. Dalam hal ini, pasar gelap akan berfungsi sama dengan pasar bebas dan harga serta kuantitas yang diperdagangkan akan mendekati kesetimbangan yang tidak diatur/bebas.


Rationing (pendistribusian) Pemerintah

Pedagang di pasar gelap melibatkan orang yang mampu membeli pada harga yang tidak diatur dan kemudian menjualnya kembali di pasar gelap. Pemerintah saat mengontrol harga sering menambah sistem pendistribusian pada saat yang sama untuk membatasi jenis perdagangan ini. Mereka menentukan jumlah air botolan yang bisa dibeli tiap kali seseorang mengunjungi toko. Alternatifnya, mereka mengeluarkan kupon untuk pembelian sejumlah air botolan dalam waktu tertentu.
Pembatasan harga kadang dilakukan pemerintah yang takut naiknya harga akan dianggap tidak adil atau tidak masuk akal oleh konsumen. Bagaimanapun juga, penggunaan kontrol harga (pembatasan atau dasar harga) adalah hasil proses evaluasi pemerintah terhadap dukungan politis dan oposisi untuk kebijakan seperti itu. Akibat adanya kontrol harga adalah mengurangi jumlah suplai ke pasar. Pada pasar lain, pemerintah mengontrol suplai secara langsung dengan mengadakan kuota atau sistem lisensi/ijin.


Pajak dan Pendapatan Pemerintah

Hampir setiap hari kita membeli barang atau jasa dengan harga yang sudah termasuk pajak. Namun kadang-kadang konsumen tidak membayar pajak, tetapi pedagang dipaksa membayarkan pajak untuk konsumen. Ada bermacam-macam pajak. Antara lain pajak produksi barang atau jasa (atau pajak penjualan) pajak pemakaian barang (contohnya registrasi kendaraan bermotor), dan pajak pengadaan kegiatan (seperti pajak penjualan alkohol atau rokok).


Siapakah yang membayar Pajak?
Gambar 7.5 menunjukkan pasar untuk bir. Kurva permintaannya adalah D, dan kurva suplainya adalah S. Harga kesetimbangan satu lusin botol adalah $20, dan kuantitas penjualannya 5000 lusin per minggu. Anggaplah pajak pemerintah $10 untuk satu lusin botol bir. Jenis pajaknya yang seharga tertentu tiap unit komoditinya disebut pajak spesifik/khusus. Jika tidak, pajak mungkin ditetapkan sebagai persentasi nilai komoditi, dalam hal ini disebut pajak ad valorem.
Ketika sebuah barang terkena pajak, ini memiliki dua harga yaitu harga tidak termasuk pajak, dan harga termasuk pajak. Konsumen hanya merespon harga yang termasuk pajak. Pada Gambar 7.5 di mana menunjukkan harga pada garis vertikal, harga yang dibayar konsumen termasuk pajak. Saat dikenakan pajak, tidak ada perubahan permintaan, kurva permintaan tidak bergeser/tetap. Tetapi kurva suplainya berubah. Ketika pajak dikenakan pada barang, barang itu ditawarkan untuk dijual pada harga yang tinggi daripada jika tidak terkena pajak. Kurva suplai bergeser ke S + pajak. Kurva ini menggambarkan di mana barang tersedia untuk pembeli. Kesetimbangan baru ditentukan di mana kurva suplai baru berpotongan dengan kurva permintaan pada harga $25 dan kuantitas 4000 botol per minggu.
Pajak menghasilkan pendapatan pajak bagi pemerintah sama dengan pajak per item dikalikan item yang terjual. Ini digambarkan oleh area berwarna biru dalam Gb. 7.5. Pajak $10 untuk bir menghasilkan pendapatan pajak $40.000 per minggu. Pajak barang bisa dibagi dua sama besar antara pembeli dan penjual. Cara pembayaran pajak yang dibagi antara naiknya harga yang dibayar pembeli dan turunnya harga yang diterima produsen disebut dengan incidence of the tax (timbulnya pajak).


Timbulnya Pajak dan Elastisitas Suplai

Pembagian beban pajak antara pembeli dan penjual sebagian tergantung pada elastisitas suplai. Ada dua kasus ekstrim:
§ Suplai elastis sempurna. Pembeli membayar seluruh pajak.
§ Suplai tidak elastis sempurna. Penjual membayar seluruh pajak.
Suplai elastis sempurna (Gb. 7.6(a)) menunjukkan pasar untuk pasir yang digunakan untuk membuat pecah belah, termasuk botol untuk bir an air mineral. Suplainya benar-benar elastis, dan kurva suplainya adalah S. Kurva permintaan pasir adalah D. Dengan tanpa pajak, harganya 10 sen per kilo dan 5000 kg per minggu dibeli dengan harga itu. Jika pajaknya 1 sen per kilo, kita harus menambahkan pajak pada harga minimum di mana supplier bersedia menjual pasir untuk menentukan term di mana pasir tersedia untuk pembuat botol. Mereka bersedia menyuplai dengan harga 11 sen per kilo sepanjang kurve SΕ + pajak dan tidak sama sekali pada harga rendah tertentu. Kesetimbangan baru ditentukan di mana kurva suplai baru berpotongan dengan kurva permintaan pada harga 11 sen per kilo dan kuantitas 3000 kg per minggu. Pajak telah menambah harga yang dibayarkan konsumen dengan pajak penuh seharga 1 sen per kilogram dan telah mengurangi kuantitas yang terjual.
Suplai tidak elastis sempurna (Gb. 7.6(b)) menunjukkan pasar air dari mata air mineral yang mengalir pada tingkat konstan yang tak bisa dikontrol. Kuantitas suplainya adalah 100.000 botol seminggu tanpa memperhatikan harga. Suplai ini benar-benar tidak elastis dengan kurva SI . Kurva permintaan air adalah D. Dengan tanpa pajak, harganya 50 sen/botol, dan 100.000 botol dibeli dengan harga tersebut. Karena pemilik mata air hanya bisa menyuplai 100.000 botol perminggu, dan konsumen hanya mampu membayar 50 sen/botol, maka harganya tetap 50 sen dan suplier harus membayar pajaknya 5 sen/botol, mengurangi harga yang diterima suplier menjadi 45 sen per botol. Kita melihat bahwa ketika suplai tidak elastis secara sempurna, penjual membayar pajaknya. Dan ketika suplainya elastis sempurna, pembeli yang membayar pajaknya. Kasus ini tidak biasa. Biasanya pajak dibagi dua untuk pembeli dan penjual. Karenanya, semakin elastis suplai, semakin besar bagian pajak yang harus dibayar pembeli.


Poin-poin dalam pengembangan manajemen dan organisasi


Poin-Poin dalam Pengembangan Manajemen dan Organisasi


Pengembangan manajemen berkenaan dengan mengembangkan pengalaman, sikap, dan keahlian yang penting agar menjadi atau tetap menjadi manajer yang efektif. Untuk berhasil harus mendapat dukungan penuh dari para petinggi-petinggi dalam organisasi. Pengembangan ini harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi berdasarkan tujuan organisasi.


Tujuan organisasi memiliki peran penting dalam menentukan keperluan organisasi untuk manajer. Misalnya, jika organisasi mengalami program perluasan yang cepat, manajer yang baru diperlukan di semua level. Sebaliknya jika organisasi mengalami pertumbuhan yang terbatas, beberapa manajer baru mungkin dibutuhkan, tetapi kemampuan tim manajemen yang sekarang perlu ditingkatkan.


Inventaris manajemen merupakan suatu bentuk khusus inventaris keahlian yang memberikan informasi tertentu tentang tim manajemen organisasi saat ini, seperti kedudukan sekarang, lamanya pelayanan, tanggal pensiun, pendidikan, serta evaluasi pelaksanaan masa lalu. Inventaris manajemen juga bisa dipakai untuk membuat rencana suksesi manajemen yang kadang disebut peta atau jadwal penempatan. Rencana suksesi/pergantian manajemen mencatat para pengganti yang potensial untuk setiap manajer dalam organisasi.


Penilaian kebutuhan merupakan suatu analisis sistematis tentang kegiatan manajemen yang spesifik yang diperlukan organisasi untuk meraih tujuannya.




Empat metode untuk menentukan kebutuhan pengembangan manajemen adalah survey kebutuhan training, studi kompetensi, analisis tugas, dan analisis pelaksanaan. Survei kebutuhan training memfokuskan pada pengetahuan dan keahlian/skill yang diperlukan untuk melaksanakan kerja. Studi kompetensi/kemampuan mengamati kemampuan yang diperlukan dalam kerja manajerial. Analisis tugas berkenaan dengan tugas yang diperlukan dalam melaksanakan kerja manajerial. Analisis pelaksanaan berkenaan dengan syarat-syarat pelaksanaan kerja dalam melaksanakan kerja manajerial.


Setelah kebutuhan pengembangan manajemen ditentukan, tujuan untuk seluruh program pengembangan manajemen dan untuk program individu harus dibuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Tujuan training dapat digolongkan menjadi tiga wilayah: pelaksanaan dan pertumbuhan instruksional, organisasi dan departemen, serta individu. Tujuan instruksional memasukkan target-target yang berkenaan dengan jumlah peserta pelatihan, waktu/jam training, biaya per peserta, dan waktu yang diperlukan peserta untuk mencapai standar pengetahuan. Tujuan juga diperlukan untuk prinsip, keterangan dan konsep yang akan dipelajari dalam program pengembangan manajemen. Tujuan organisasi dan departemen menyangkut pengaruh program terhadap hasil organisasi dan departemen, seperti angka ketidakhadiran, pergantian, keamanan, dan jumlah keluhan. Tujuan perkembangan individu dan pribadi menyangkut pengaruhnya pada akibat perilaku dan sikap individu.

Metode Pengembangan Manajemen terdiri atas penugasan alternatif, pelatihan, pengalaman, rotasi kerja, tugas proyek khusus dan tugas kelompok, training dalam kelas, kuliah, studi kasus, permainan peran, Teknik in-basket, instruksi terprogram, training lewat internet, permainan bisnis, seminar perguruan tinggi dan organisasi profesional.


Penugasan alternatif (understudy assignment) merupakan metode training kerja lapangan di mana seseorang ditunjuk sebagai pegawai pengganti (magang) untuk suatu pekerjaan dan ia mempelajari pekerjaan itu dari pegawai tetapnya saat ini. Jabatan yang diberikan biasanya sebagai asisten manajer, asisten administrasi, atau asisten untuk manajer tertentu. Manfaat dari penugasan alternatif ini adalah bahwa para pegawai pengganti menyadari manfaat training dan dapat belajar dalam situasi yang nyata dan praktek langsung tanpa bertanggungjawab secara langsung. Sedangkan sisi buruknya, peserta juga mempelajari kebiasaan buruk dari pegawai tetapnya.


Pelatihan (coaching) adalah metode pengembangan manajemen yang dilakukan dalam kerja yang melibatkan saran dan bimbingan manajer yang berpengalaman untuk para peserta dalam memecahkan persoalan.


Pusat penilaian adalah metode dalam training yang bertujuan mengevaluasi potensi individu sebagai manajer dengan menghadapkan pada contoh persoalan yang akan dihadapi dalam situasi kerja manajer yang sebenarnya.


Pengembangan Organisasi adalah usaha terencana disemua bagian organisasi yang diatur dari atas dengan tujuan meningkatkan kinerja organisasi melalui intervensi yang terencana serta pengalaman training.


Pendekatan: 1) Pembentukan perilaku atau manajemen interaksi, dimana masalah interaksi yang dihadapi manajer diidentifikasi, dipraktekkan, dan ditransfer ke situasi kerja tertentu. 2) Pembelajaran dengan berpetualang atau program pembelajaran dari pengalaman, memakai berbagai kegiatan menantang untuk membantu peserta mencapai tujuan mereka.